CERITA TENTANG FILM OXYGEN
Film berjudul OXYGEN yang menceritakan seorang wanita sadar dalam situasi mencekam dan menggelisahkan,dimana ia terjbak dalam sebuah CRYOGENIC,cryogenic adalah sebuah capsule serupa dengan peti,dioperasikan oleh artificial intelligence AL.tidak memiliki ingatan sama sekali tentang dirinya,wanita tersebut harus berpacu dengan waktu dan sisa oksigen dalam cryogenic yang semakin menipis.
“Oxygen” merupakan film drama sci-fi terbaru di Netflix, disutradarai oleh Alexandre Aja, yang sebelumnya menyutradarai “Crawl” (2019). Namun kali ini Ia mengerjakan film dalam bahasa Perancis, dibintangi oleh Melanie Laurent.
Berdasarkan premis dan trailernya, film ini akan langsung mengingatkan kita pada “Buried” (2010) yang dibintangi oleh Ryan Reynolds. Tak dipungkiri juga, banyak elemen dalam “Oxygen” yang serupa dengan film karya Rodrigo Cortes tersebut. Adakah materi baru yang hendak disajikan oleh Alexandre Aja melalui film sci-fi terbarunya? Berikut ulasan lengkap “Oxygen”.
![]() |
Claustrophobic |
Selama kurang lebih satu setengah jam, kita akan menyaksikan rollercoaster mental dari Liz, protagonis yang terjebak dalam sebuah cryogenic tanpa tahu bagaimana dirinya bisa ada disana. Siap-siap merasakan sensasi sesak napas dan claustrophobia melalui film ini.
“Oxygen” dengan lihai mengolah sinematografi, suara, dan nuansa untuk menghipnotis penontonnya masuk ke dalam cryogenic bersama Liz. Mulai dari adegan pertama kita akan dibuat sulit bernafas karena epilog yang sangat suspense.
Sutradara bersama sinematografer film ini juga sangat sabar merancang adegan pendukung yang detail. Ditunjukan proses sedikit demi sedikit untuk memberikan ketegangan dan rasa greget pada penontonnya. Salah satu contohnya adalah adegan dimana Liz berusaha membobol cryogenic secara paksa. Ada pula beberapa adegan yang cukup bikin ngilu dan “gore” tanpa harus memperlihatkan darah dan kesadisan secara eksplisit.
Meski berlatar dalam satu latar kecil dan sangat minimalis, “Oxygen” mampu mengeksplorasi teknik pengambilan gambar yang variatif. Setiap konsep sinematografi yang eksekusi juga bukan sekadar memberi variasi secara visual, namun mendukung perasaan dan emosi yang hendak disampaikan melalui setiap adegan. Dalam segi scoring, “Oxygen” tidak terlalu memberikan musik yang khas seperti halnya film sci-fi bagus lainnya. Namun hal tersebut tertutupi dengan aspek bagus lainnya dalamPada akhirnya, “Oxygen” bisa menjadi tontonan bergenre sci-fi yang cukup santai untuk mengisi waktu luang. Dengan segala ketegangan dan kengerian yang disajikan, menghabiskan waktu bersama Liz yang terjebak dalam cryogenic akan menjadi pengalaman baru yang seru bagi kita pecinta film drama sci-fi.
Comments
Post a Comment